calendar

Pada tahun 46 SM Julius Caesar memperkenalkan sistem kalender yang dinamai menurut namanya, yaitu kalender Julian. Setahun kemudian kalender ini mulai berlaku. Sistem ini menggantikan kalender Romawi yang memiliki panjang 355 hari. Dalam sistem kalender Julian, satu tahun dinyatakan tepat sama dengan 365¼  hari. Karena itulah setiap empat tahun sekali, kalender yang semula terdiri atas 365 hari ditambahkan 1 hari untuk menggenapkan ¼ hari yang hilang. Namun lama-kelamaan para ahli pun menyadari ada ketidaktepatan dalam sistem kalender ini. Revolusi bumi mengelilingi matahari tidak tepat sama dengan 365 hari 6 jam, melainkan 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik. Dengan kata lain, 1 tahun menurut kalender Julian dibandingkan dengan 1 tahun menurut definisi “1 tahun”-nya kalender matahari, ada selisih 11 menit 14 detik dalam setahun. Angka yang kecil. Namun dalam 128 tahun, selisih itu telah “menggunung” jadi 1 hari.

Oh ya, definisi 1 tahun menurut kalender matahari adalah:

“Waktu yang diperlukan matahari antara satu vernal equinox (awal musim semi) ke vernal equinox berikutnya.”

Alias….

“Waktu yang diperlukan bumi untuk berevolusi mengelilingi matahari sebanyak 1 putaran penuh dengan titik acuan bagian terlebar matahari tepat berhadapan dengan garis ekuator (khatulistiwa) bumi.”

Kesalahan ini baru disadari pada abad ke-16, di mana sudah terdapat selisih sekitar 10 hari terhitung sejak konsili Nicea tahun 325. Paus Gregorius akhirnya mengoreksi kalender yang saat itu berlaku, di mana tanggal 5 Oktober 1582 diubah menjadi 15 Oktober 1582 (nama Gregorian berasal dari beliau).

Namun negara-negara Protestan tidak ikut mengubah kalender mereka sampai tahun 1700. Swedia dan Finlandia misalnya. Mereka sempat akan memberlakukan penambahan 10 hari tersebut pada tahun 1700 (mengikuti Denmark, Norwegia, dan Belanda bagian Protestan); namun gagal karena sedang terjadi perang. Bahkan lalu raja Swedia Charles XII memerintahkan pemberlakuan kembali kalender Julian di Swedia dan Finlandia pada tahun 1712. Untuk itu beliau menambahkan 2 hari pada bulan Februari 1712. Baru 41 tahun kemudian Swedia dan Finlandia akhirnya beralih ke kalender Gregorian, di mana mereka mengubah tanggal 17 Februari 1753 menjadi 1 Maret 1753 (selisihnya sudah bertambah jadi 11 hari). Satu tahun setelah Inggris memberlakukannya. Negara-negara Eropa timur lebih lambat lagi; mereka baru memberlakukan kalender Gregorian pada abad 20! Rusia pada 31 Januari 1918 dan Yunani pada 15 Februari 1923. Kedua negara ini menambahkan 13 hari (bukan 10 hari lagi).

Sistem kalender Gregorian dibuat menurut revolusi bumi terhadap matahari. Kalender ini dibuat untuk mempertahankan equinox vernal (awal musim semi di Eropa) jatuh sedekat mungkin dengan tanggal 21 Maret, dan memastikan bahwa hari Paskah (hari Minggu terdekat setelah hari ke-14 kalender bulan) juga jatuh sedekat mungkin dengan tanggal 21 Maret. Panjang jarak equinox vernal dari satu tahun ke tahun berikutnya kira-kira sama dengan 365,2424 hari.

Pada sistem kalender Gregorian ini, semua tahun yang angkanya habis dibagi 4 (tahun kabisat, leap year) memiliki 29 hari pada bulan Februari. Sementara itu tahun lainnya (common year) memiliki 28 hari pada bulan Februari. Terdapat pengecualian untuk tahun abad, di mana hanya tahun yang habis dibagi 400 yang menjadi tahun kabisat. Dengan pengecualian aturan ini, panjang rata-rata hari dalam setahun adalah 365¼ – 1/100 + 1/400 = 365,2425 (sama dengan 365 hari 5 jam 49 menit 12 detik).

Tapi jika 1 tahun-nya kalender Gregorian dibandingkan dengan definisi 1 tahun kalender matahari (yang tadi), yang mengatakan bahwa 1 tahun matahari = 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik, ternyata masih ada selisih 26 detik. Dalam kira-kira 3320 tahun selisih ini menghasilkan 1 hari (dalam sebagian besar referensi disebut 3300 tahun). Tapi panjang 1 tahun matahari yang tepat, sebenarnya juga tidak dapat diperkirakan karena terus berubah setiap tahun. Meskipun masih ada selisih kecil, kalender Gregorian masih dianggap sesuai dengan kondisi praktis saat ini sehingga koreksi dianggap belum perlu (walaupun memang sempat diusulkan oleh John Herschel (1792-1871), ahli astronomi Inggris).

(hnz)

Sumber: en.wikipedia.org (rangkuman beberapa artikel)